Selasa, 14 November 2017

Kisah Kupu-Kupu

Kumpulan  Cerita Anak Online
Di salah satu desa para nelayan, hiduplah seorang wanita tua. Wanita itu hidup sendirian di rumahnya. Ia sangat menyukai bunga. Ia memiliki kebun bunga yang indah. Bunga-bunga itu setiap hari mekar.
Wanita tua itu senang merawat kebun bunganya. Ia juga sangat baik. Siapa saja yang meminta bunga padanya, pasti akan dia beri. Para nelayan menyukai wanita tua itu. Tak jarang para nelayan datang ke rumah perempuan tua itu. Mereka membawa banyak ikan untuk perempuan tua tersebut.
"Aku ingin menukar ikan-ikan yang aku dapatkan dengan sekuntum mawar yang kau tanam," ucap salah satu nelayan.
Wanita tua lalu memberikan beberapa kuntum mawar. Alangkah senangnya hati nelayan itu. Ia pulang dengan membawa beberapa tangkai mawar.
Pada malam hari, rumah wanita tua terlihat terang benderang. Para nelayan percaya bahwa wanita tua itu adalah seorang penyihir. Tentunya penyihir yang baik hati. Bahkan beberapa nelayan pernah melihat seorang perempuan cantik di rumah wanita tua itu.
"Di sana ada perempuan cantik dan beberapa manusia kerdil." ucap salah satu nelayan.
Meskipun begitu, penduduk tetap menyukai wanita tua itu. Toh wanita tua itu sangat baik kepada mereka. Hingga datanglah sepasang suami istri ke kampung nelayan. Mereka berdua sangat menyukai keindahan. Namun, mereka memiliki tabiat buruk. Mereka suka sekali mengejek hal yang dianggapnya tak indah.
"Aku mendengar ada rumah perempuan tua yang rumahnya dipenuhi dengan mawar yang indah. Apakah kau tahu, di mana rumahnya?" tanya sang suami kepada seorang nelayan.
Nelayan itu menunjukkan rumah wanita tua. Benar saja, di sana ada banyak sekali mawar yang tumbuh dengan indah.
"Indah sekali mawar-mawar itu, Suamiku. Aku ingin memetiknya beberapa tangkai." ujar sang istri.
"Petiklah semaumu," jawab suaminya. Mereka bahkan tak meminta izin terlebih dahulu kepada wanita tua pemilik rumah.
Sepasang suami istri itu berhasil memetik banyak bunga di sana. Beberapa saat kemudian, wanita tua keluar dari rumahnya. Melihat bunga miliknya hampir habis, wanita tua itu pun marah.
"Berani-beraninya kalian memetik bungaku tanpa izin." seru si wanita tua.
Sepasang suami istri itu menoleh. Melihat wanita tua, mereka justru menertawakannya.
"Bunga mawar ini tak cocok untukmu yang sudah tua," balas istrinya.
Wanita tua itu semakin marah. Ia lalu mengambil tongkat sihirnya. Ia menyihir sepasang suami istri itu menjadi kupu-kupu. Itulah asal-usul kupu-kupu.

Sabtu, 11 November 2017

BABI HUTAN DAN RUBAH

Hasil gambar untuk babi hutan dan rubah
Dongeng babi hutan dan rubah – Seekor babi hutan sedang sibuk mengasah taringnya pada sebuah batang pohon. Bertepatan dengan saat itu, secara kebetulan lewatlah seekor rubah. Rubah yang suka mengolok-olok teman-teman dan tetangganya, langsung mengoloknya dengan berpura-pura melihat kesana-kemari, seolah-olah takut pada musuh yang tidak terlihat. Tetapi sang Babi Hutan tidak memperdulikan tingkah sang Rubah dan tetap melanjutkan pekerjaannya.
“Mengapa engkau melakukan hal tersebut?” kata sang Rubah dengan senyum mengejek. “Saya tidak melihat ada musuh dan bahaya di sini.”
“Kamu benar, memang sekarang tidak ada musuh dan bahaya yang mengancam” jawab sang Babi Hutan, “tetapi ketika musuh benar-benar datang, saya tidak akan sempat mengasah taring saya lagi seperti sekarang. Saat musuh dan bahaya datang ke sini nantinya, setidak-tidaknya saya telah memiliki senjata untuk menghadapinya.”
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng babi hutan dan rubah ini adalah
Selalulah siap siaga dan waspada.

Cerita Gunung

Hasil gambar untuk kartun anak nakal
Dongeng cerita gunung – Seorang anak dan ayahnya sedang berjalan diatas gunung. Tiba tiba, anaknya terjatuh, Dia terluka dan berteriak :
“AAAhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!.” Tetapi Ia sangat kaget mendengar ada suara pantulan dari gunung sebelah.”AAhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!.”
Dengan penuh rasa penasaran, diapun kembali berteriak : “Siapa kamu?” Diapun menerima kembali jawaban yang sama : Siapa kamu?” dan kemudian dia berteriak ke gunung itu: “Saya mengagumimu!” dan suara itupun kembali : “Saya mengagumimu!.”
Dengan muka marah pada jawaban itu, dia berteriak : “Penakut” Dia masih menerima jawaban yang sama, “Penakut!.”
Dia menatap ayahnya dan bertanya : “Apa yang sedang terjadi?” Ayahnya sembari tersenyum dan berkata : “Sayang, perhatikan.” Kembali ayah akan berteriak : “Kamu Juara.” Diapun menerima jawaban yang sama : “Kamu Juara.”
Anak ini kembali kaget dan tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi, kemudian Ayahnya menjelaskan bahwa itulah yang disebut dengan ECHO (Gema suara), tetapi itulah sesungguhnya hidup.
Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita perbuat.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng cerita gunung ini adalah
Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita katakan dan perbuat.

Misteri Dasi

Hasil gambar untuk dasi kartun
Ayah Carlo pembuat dasi yang hebat. Berbagai corak dan motif dasi telah dibuatnya. Polos, bergaris, polkadot, batik, dan lainnya. Banyak pula dasi yang dilukisnya sendiri. Carlo anak yang rajin dan cerdas. Selain membantu ayahnya melayani pembeli di toko, Carlo pun belajar melukis dasi. Sore ini, toko sedang sepi saat seorang laki-laki berwajah ramah muncul. Carlo terkejut. Orang itu adalah Doktor Agam, seorang peneliti lingkungan yang terkenal di kota Carlo. Hasil penelitiannya sangat bermanfaat bagi masyarakat.
“Ada yang bisa saya bantu,pak?” Carlo gugup.
“Tolong carikan dasi yang cocok buatku, nak…” kata Doktor Agam lembut. “Aku ada acara besok malam.”
“Nama saya Carlo. Apa warna baju yang akan anda pakai besok?” tanya Carlo bersemangat.
“ehmmmm…putih polos.”
Aha! Carlo tersenyum. Tidak sulit! Semua warna dan motif dasi akan cocok dengan baju warna putih. Carlo teringat pada dasi buatanya. Alangkah bangganya jika dasi buatannya dipakai oleh orang sehebat Doktor Agam. Dasi itu berwarna biru. Di dasi itu, Carlo melukis gelombang laut, rumput laut, dan dua ekor ikan yang sedang berenang.
“Kehidupan di laut harus selalu dijaga. Itulah makna lukisan dasi buatan saya ini, pak,” jelas Carlo sambil menunjukkan dasi buatannya.
“Oh, luar biasa! Aku akan membelinya.”
Carlo senang sekali. Ia segera membungkus dasi itu, lalu menyerahkannya kepada Doktor Agam.
“Carlo, kau anak yang mengagumkan. Datanglah besok malam ke rumahku,” undang Doktor Agam.
Wow! Carlo terperangah. Kejutan yang hebat.
Esoknya, Carlo datang ke undangan Doktor Agam bersama ayahnya. Betapa bangganya Carlo melihat dasi buatannya dipakai oleh peneliti yang ramah itu.
“Selamat datang,”sambut Doktor Agam. “Ssst, apa dasi ini benar-benar cocok untukku?”
“Tentu, pak,” bisik Carlo.
Rumah Doktor Agam ramai. Ternyata, malam ini ada acara penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam. Terlihat beberapa polisi yang berjaga. Menurut ayah Carlo, Doktor Agam akhir-akhir ini sering mendapat ancaman penculikan.
Ayah Carlo asyik mengobrol dengan tamu lain. Sementara itu, Carlo berkeliling di rumah Doktor Agam yang luas. Tak sengaja, Carlo bertemu dengan empat penari topeng yang akan memberi hiburan. Sayang, mereka sangat tidak ramah.
Acara dimulai. Para tamu berkumpul di ruang tengah yang luas. Doktor Agam tersenyum pada semua tamu. Penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam diserahkan oleh wakil dari pemerintah kota. Para tamu bertepuk tangan.
Lalu, para penari topeng muncul. Mereka menari dengan gagap gempita. Tiba-tiba lampu padam. Ruangan gelap gulita. Suasana kacau balau. Carlo ketakutan. Ia memegang erat ayahnya.
Untunglah lampu segera menyala. Acara kembali berlanjut. Tetapi, Carlo melihat sikap Doktor Agam yang tampak berbeda. Ia tak banyak senyum dan sering menunduk.
Setelah acara usai, para tamu berpamitan kepada Doktor Agam.
“Terima kasih telah mengundang kamu!” pamit Carlo. Doktor Agam tampak tak peduli.
“Silakan mengunjungi toko kami lagi. Kami akan membuatkan dasi terbaik untuk anda,” kata Carlo. Doktor Agam tampak jengkel.
“Dasi? siapa peduli? Cepat pergi, anak kecil!” bisiknya menghardik.
Tentu saja Carlo terkejut. “Uh, aneh sekali Doktor Agam!”
Carlo beranjak pergi. Tak sengaja, matanya menatap dasi Doktor Agam. Mata Carlo terbelalak. Mulutnya menganga.
“Yuk pulang! Doktor Agam pasti kecapekan,” ajak ayah Carlo.
“Di… dia b-bbbbukan Doktor Agam!” seru Carlo.
Ayah Carlo terkejut. Carlo menunjuk dasi yang dipakai oleh Doktor Agam.
Para tamu gempar. Polisi segera beraksi. Ternyata, saat lampu padam, Doktor Agam diculik. Ia digantikan oleh Doktor Agam palsu yang memakai topeng wajah mirip Doktor Agam. Para penari topeng itu ternyata anggota kawanan penculik. Mereka berkomplot dengan asisten Doktor Agam. Polisi berhasil menangkap mereka semua.
“Bagaimana kau tahu dia bukan Doktor Agam?
Dia meniru semua penampilan Doktor Agam, tanya seorang polisi pada Carlo, saat keadaan sudah tenang.
“Ada yang berbeda,” kata Carlo. ” Dasi Doktor Agam bergambar gelombang laut, raumput laut dan dua ikan uang berenang. Tetapi, gambar ikan pada dasi Doktor Agam asli menghadap ke kanan, sedangkan yang palsu menghadap ke kiri. Aku tahu, sebab akulah pelukisnya!”
Semua orang berdecak kagum. Mereka memuji ketelitian Carlo. Polisi kini tahu, asisten Doktor Agam yang membuat tiruan dasi bergambar ikan itu. Namun, tiruannya tidak sempurna. Ketika pulang, wajah Carlo berseri-seri. Ia senang, Doktor Agam berhasil dibebaskan dari penculikan.

Selasa, 07 November 2017

KUDA DAN KELEDAI


Hasil gambar untuk kuda dan keledai
Seekor keledai merasa iri dengan kehidupan seekor kuda, yang dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Dia ditempatkan di kandang yang bersih, sering dimandikan, dan selalu diberi makan yang enak. Dia juga tidak pernah disuruh untuk bekerja. Sedangkan si keledai, dia harus bekerja keras setiap hari, mengangkut barang dan menarik gerobak yang berat. Dia tinggal di sebuah kandang yang jarang dibersihkan, dan hampir tidak pernah dimandikan. Selain itu, dia selalu diberi makan seadanya. 

Tapi ketika terjadi perang, seorang tentara dengan persenjataan lengkap datang dan naik ke atas kuda itu, lalu menungganginya ke medan perang. Musuh jauh lebih kuat, dan tentara itu gugur. Kuda yang malang itu terluka parah, lalu mati di medan perang. Si keledai, melihat semua itu, lalu menyadari bahwa selama ini dia salah. Ternyata nasibnya jauh lebih baik dibandingkan kuda itu.

Pelajaran yang bisa diambil dari dongeng ini: Terkadang kita melihat orang lain, dan merasa bahwa dia lebih bahagia dan bernasib lebih baik dari kita. Padahal, kenyataannya, belum tentu seperti itu. Selain itu, pasti ada banyak orang yang nasibnya tidak sebaik kita. Jadi, marilah kita bersyukur dengan apa pun yang kita miliki.

Dongeng fabel yang singkat ini diadaptasi dari dongeng pendek klasik yang merupakan karya Aesop, yang berjudul "The Ass and the Charger.

Singa dan Gembala

Hasil gambar untuk singa dan Gembala
Seekor singa yang sedang berjalan-jalan di hutan tiba-tiba menginjak duri yang kemudian menancap di kakinya. Tidak lama kemudian seorang Gembala lewat. Si Singa menunduk, dan menggoyangkan ekornya perlahan, sambil menunjukkan kakinya yang tertancap duri itu, seakan-akan ingin berkata "Aku mohon, tolonglah aku." Gembala yang pemberani itu lalu mendekat dan memeriksa kakinya. Dia menemukan duri yang menancap itu, lalu mencabutnya dengan hati-hati. Si Singa merasa lega karena duri yang menyakitkan itu sudah hilang. Dia lalu melangkah kembali ke dalam hutan.

Beberapa bulan kemudian, si Gembala mendapatkan masalah. Dia ditahan karena dituduh melakukan kejahatan yang sebenarnya tidak pernah dilakukannya. Dia lalu akan dihukum mati, dengan cara "dimasukkan ke kandang singa yang ganas." Tapi ketika si Gembala dimasukkan ke dalam kandang singa, singa itu tidak menyerangnya. Singa itu bahkan mendekati si Gembala, dan menaruh kakinya di pangkuannya. Ternyata singa itu adalah si Singa yang pernah ditolongnya dengan mencabut duri dari kakinya. 

Kejadian yang aneh itu beritanya menyebar ke seluruh kerajaan. Bahkan, sang Raja juga mendengar tentang kejadian itu. Dia lalu memerintahkan supaya si Singa dilepaskan kembali ke hutan, dan si Gembala dibebaskan dari hukuman.
Pelajaran yang dapat diambil dari dongeng ini: Kebaikan akan mendapatkan kebaikan sebagai balasannya.

Dongeng untuk anak ini diadaptasi dari fabel klasik karya Aesop berjudul "The Lion and the Shepherd.



SINGA dan TIKUS

Hasil gambar untuk singa dan tikus
Seekor singa sedang tidur. Tiba-tiba, ada seekor tikus yang lewat di depan wajahnya, dan membuatnya terbangun. Singa itu pun lalu dengan cepat menangkap si Tikus dan hendak membunuhnya. Si Tikus lalu memohon supaya diampuni. "Ampuni aku," kata si Tikus. "Jika kamu mau mengampuni aku, suatu saat nanti akan kubalas kebaikanmu." Singa tertawa, lalu melepaskan tikus itu.

Beberapa hari kemudian, saat sedang berjalan-jalan di hutan, Singa tertangkap oleh sekelompok pemburu, yang kemudian mengikat dia dengan tali-tali yang kuat. Para pemburu itu meninggalkan dia di sana, untuk diambil keesokan harinya, saat tenaganya sudah habis dan dia tidak bisa melawan lagi. Si Singa berusaha membebaskan diri, tapi tidak bisa karena tali-tali itu terlalu kuat. Dia pun mengaum untuk meminta tolong. Si Tikus mendengar auman si Singa dari kejauhan, lalu datang untuk membantunya. Dia menggigiti tali-tali yang mengikat Singa sampai putus. 

Setelah si Singa terbebas dari perangkap para pemburu, si Tikus lalu berkata kepadanya. "Dulu kamu tertawa saat aku berkata bahwa suatu saat aku pasti akan membalas kebaikanmu. Sekarang sudah terbukti bukan? Aku, seekor tikus, bisa menyelamatkan kamu, seekor singa!"

Pelajaran yang dapat diambil dari dongeng ini: Kita tidak boleh meremehkan orang lain. Mungkin saja suatu saat nanti kita akan membutuhkan pertolongan darinya.

Dongeng ini diadaptasi dari cerita fabel karya Aesop yang berjudul "The Lion and The Mouse." Dongeng ini diceritakan kembali oleh Devi

Babi Hutan Yang Jahat

Hasil gambar untuk babi hutan yang jahat

Seorang nenek yang miskin yang hanya hidup berdua dengan cucunya sedang mencari kayu bakar di hutan. Dia menemukan sebatang tebu yang hijau, lalu mengambilnya dan menaruhnya di antara kayu bakar yang telah dikumpulkannya. Tiba-tiba muncul seekor babi hutan yang merupakan jelmaan dari peri jahat. Babi hutan itu lalu meminta batang tebu yang ditemukan si nenek tadi. Tapi si nenek menolaknya, karena tebu itu akan diberikan ke cucu tersayangnya. Babi hutan itu lalu marah, dan berkata bahwa nanti malam cucunya lah yang akan dimakannya.




Si nenek pulang ke rumah, lalu duduk di dekat pintu dan mulai menangis tersedu-sedu. Dia tahu bahwa dia tidak akan bisa melawan seekor babi hutan yang merupakan jelmaan peri jahat itu. Ketika si nenek sedang menangis, seorang penjual jarum lewat di depan rumahnya. Penjual jarum itu merasa kasihan kepada si nenek. Dia lalu memberi si nenek satu kotak jarum. Si nenek lalu menancapkan jarum-jarum itu di bagian luar pintu rumahnya. Setelah itu, dia kembali duduk dan menangis. Tidak lama kemudian ada seorang nelayan yang lewat sambil membawa satu keranjang kepiting. Dia melihat si nenek menangis, 
mendengarkan ceritanya, lalu memberikan separuh dari hasil tangkapannya hari itu karena merasa kasihan. Si nenek lalu menaruh semua kepiting itu di dalam sebuah toples kaca, dan menaruhnya di belakang pintu, lalu kembali duduk menangis.

Seorang petani lewat di depan rumahnya. Seperti orang-orang yang sebelumnya, dia juga merasa kasihan kepada si nenek, tapi dia tidak punya apa-apa untuk diberikan kepadanya. Tapi, dia bersedia meminjamkan sapi jantannya kepada si nenek. Entah apa gunanya, tapi setidaknya sapi jantan itu bisa menemani si nenek di rumah. Si nenek lalu membawa sapi jantan itu masuk ke rumahnya, mengikatnya di tempat tidurnya, lalu kembali menangis.


Beberapa jam selanjutnya, ada banyak orang yang datang dan memberikan bantuan kepada si nenek karena merasa kasihan. Seorang kurir meminjamkan kudanya, yang kemudian oleh si nenek diikatkan ke tempat tidur di samping sapi jantan. Seorang anak kecil yang baru saja menangkap seekor kura-kura yang suka menggigit juga meminjamkan kura-kura itu kepada si nenek, yang kemudian oleh si nenek diikatkan ke tempat tidur bersama sapi jantan dan kuda. Beberapa orang yang sedang membawa batu-batu besar untuk menggiling memberi si nenek sebuah batu penggiling besar, yang oleh si nenek lalu ditaruh di halaman belakang rumahnya. Seorang penggali sumur, yang ingin membantu tapi tidak bisa memberikan apapun, lalu menggalikan sebuah sumur untuk si nenek, di belakang rumahnya, di dekat batu penggiling besar. Dan yang terakhir, seorang penjual kertas, memberikan selembar kertas besar kepada si nenek, yang lalu oleh si nenek dibentangkan di atas sumur yang baru saja digali di belakang rumahnya itu.

Malam pun tiba. Si nenek masuk ke dalam rumahnya, dan mengunci pintunya. Dia lalu menaruh cucunya di tempat tidur, di sisi yang dekat dengan tembok, lalu berbaring di sisinya, sambil menunggu datangnya babi hutan jahat jelmaan peri yang tadi pagi mengancamnya. Babi hutan jahat itu pun datang. Dia lalu berusaha mendobrak pintu rumah si nenek, tapi terluka oleh jarum-jarum yang tertancap di pintu itu. Setelah pintu berhasil dia dobrak, dia sudah kelelahan dan haus, lalu minum air yang ada di dalam sebuah toples kaca. Tapi kepiting-kepiting yang ada di dalam toples kaca itu menggigit moncong dan telinganya. Untuk melepaskan gigitan kepiting-kepiting itu, dia berguling-guling di tanah. Setelah lepas, dia mendekati tempat tidur dengan marah. Tapi kura-kura yang suka menggigit tiba-tiba menggigit ekornya. Dia terkejut, lalu mundur, kemudian ditendang oleh kuda ke arah sapi jantan, yang lalu menendangnya kembali ke arah kuda. Babi hutan jahat itu berhasil melarikan diri ke halaman belakang rumah si nenek. Dia melihat selembar kertas yang bersih, lalu memutuskan untuk berbaring di situ untuk beristirahat. Tentu saja dia lalu jatuh ke dalam sumur yang ada di bawah kertas besar itu.

Ketika si nenek mendengar suara dia jatuh, si nenek cepat-cepat ke dekat sumur dan mendorong batu penggiling besar masuk ke sumur itu. Si babi hutan jahat itu pun tertimpa batu penggiling yang besar itu dan tewas.

Kisah Kupu-Kupu

Di salah satu desa para nelayan, hiduplah seorang wanita tua. Wanita itu hidup sendirian di rumahnya. Ia sangat menyukai bunga. Ia memi...